Bolehkah Kader IMM Bucin?
Sejak di deklarasikannya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
atau IMM pada tanggal 14 Maret 1964, IMM selalu konsisten dalam proses
pembentukan akademisi Islam yang berakhlak mulia. Sebagai ”anak kandung” dari
Muhammadiyah kader IMM menjalankan amanah persyarikatan dalam sumbangsih
nalar Intelektual dan perjuangan
Kemanusiaan. Tak pelak bahwa kader IMM tetap konsisten memegang dan menjalankan
amanah tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan pemikiran kritis
dan analitis. Penulis beranggapan bahwa Kader IMM Harus BUCIN yang
tujuannya membentuk kader yang bermilitansi tinggi dalam Ber-IMM dengan penuh
kesetiaan keyakinan sehingga kader tersebut bisa nyaman untuk berproses di IMM.
Menurut Sujiwo Tedjo, “Cinta
bukan tentang siapa yang kita kenal paling lama, bukan yang datang pertama atau
paling perhatian, tetapi tentang siapa yang datang dan tidak pergi.”
BUCIN atau Budak Cinta dalam opini penulis ini, bukan
bucin yang berkonotasi negative, bukan tentang pemuasan nafsu lawan jenis.
Namun Bucin yang penulis maksud adalah bentuk hal yang positif, walaupun kader
IMM bisa lebih Bucin. Bucin atau Budak Cinta menurut KBBI adalah suatu hal yang
menandakan seseorang yang hidupnya berfokus pada pasangannya. Penulis berlogika
bahwa Bucin dalam Ikatan tak salah, malah WAJIB. Seorang kader harus
memiliki rasa cinta yang tulus dalam berdakwah di IMM. Mencintai itu mudah,
yang sulit adalah menentukan alasan apa yang membuat kita mencintai, cinta
terhadap apapun. Terkadang cinta hanya berlandaskan nafsu sesaat, iming iming
janji, posisi, dan kenyamanan. Maka dari itu kader IMM harus cerdas dalam
menentukan tujuan ber IMM.
Penulis menyakini bahwa mencintai IMM bukan perihal sudah lulus perkaderan DAD, DAM, LID dan lain-lain, mencintai Ikatan lebih dari hanya sebatas perkaderan. Apalagi dengan keterlibatan dalam kekuasaan yang didapat di IMM. Menjadi Bucin maka ia rela mati demi yang dicintainya sementara kader IMM tidak akan berani seperti itu. Apakah hal ini terlalu Radikal Bucinersss?. Apakah Kisah Cintamu seperti kisah Paris dan Helen, Cleopatra dan Mark, atau bahkan Romeo dan Juliet?
Apakah demikian cara mencintai IMM? Jawabannya sudah pasti tidak. Mana mungkin orang rela mati demi memperjuangkan IMM sementara mencintainya hanya sekadar diajdikan sebagai kekasih kedua. Mencintai itu tentang ketulusan, kesetiaan, dan komitmen pada sesuatu hal yang dicintai. IMM adalah kekasih dalam menuntut ilmu, mengasah pengetahuan beragama dan mengembangkan jiwa solidaritas. Bukan darimana kamu berasal, bukan tentang dari keluarga mana kamu dilahirkan tapi tentang rasa dan jiwa dalam hatimu yang menentukan. Kader IMM bukan dicetak untuk menjadi kekanak-kanakan, bukan dicetak untuk manja, IMM adalah ladang dalam berproses dalam menentukan jati dirimu. Maka sebelum kader merasakan pahitnya belajar, belajar dan belajar kader wajib untuk memahami tujuan menjadi kader IMM. Kesimpulannya, Apakah Kader IMM boleh Bucin? Jawab dari hatimu. Mengingatkan kembali bahwa “Cinta tentang siapa yang datang dan tidak pergi”.
2 Komentar
MasyaAllah 😍
BalasHapusMantaps
BalasHapus