Islam Transformatif dan Muhammadiyah Abad ke-2

 


Islam transformatif merupakan istilah yang digagas oleh tokoh cendekiawan muslim dan juga tokoh intelektual Muhammadiyah yang bernama Moeslim Abdurrahman. Islam transformatif menurut kang moeslim adalah islam yang bersifat solutif untuk semua bidang persoalan. Artinya islam tidak hanya sibuk memikirkan dan memberikan solusi atau penyelesaian mengenai ketuhanan saja melainkan islam harus dapat memberikan penyelesaian terhadap berbagai persoalan baik sosial maupun kemanusiaan yang dihadapi oleh manusia. Gagasan ini muncul dilatarbelakangi dengan masih banyaknya umat islam yang terjebak dengan persoalan “benar-salah”, “dosa-pahala”, serta “halal-haram”. Padahal ajaran agama islam tidak hanya berhubungan dengan tuhan saja, melainkan terdapat tiga hubungan yang saling terikat, yaitu terhadap tuhan, manusia, dan alam, yang ketiganya harus seimbang tanpa melupakan salah satunya.

Pendiri muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan sendiri sudah menerapkan gagasan transformatif dalam persyarikatan muhammadiyah. Terdapat tiga gerakan yang bisa kita anggap sebagai upaya yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan untuk menghadapi keadaan islam pada masa itu yaitu purifikasi dan dinamisasi, kemasyarakatan, serta kebangsaan dan politik. Gerakan purifikasi merupakan sebuah gerakan pemurnian dengan memberantas tahayul, bid’ah, dan khurofat. Sehingga umat islam kembali kepada ajaran islam yang murni. Dinamisasi dalam muhammadiyah dapat berupa ijtihad. Gerakan kemasyarakatan yang diterapkan oleh KH. Ahmad Dahlan adalah teologi Al-Maun. Berdasarkan teologi tersebut beliau mengajarkan bahwa umat islam itu tidak hanya berfokus pada praktik-praktik ritual keagamaan saja, melainkan juga melakukan berbagai amal sosial. Gerakan yang terakhir yaitu kebangsaan dan politik. Muhammadiyah tidak memihak dan memiliki hubungan organisatoris terhadap suatu partai karena muhammadiyah tidak memasuki politik praktis. Muhammadiyah bercita-cita mewujudkan masyarakat islam yang sebenar-benarnya bukan untuk mendirikan Negara islam. Gerakan kebangsaan dan politik muhammadiyah dapat dirasakan perkembangannya pada masa KH. Mas Mansoer.

IMM sebagai organisasi kemahasiswaan yang bergerak dalam bidang keagamaan, kemasyarakatan, dan kemahasiswaan, sudah seharusnya memfokuskan dirinya pada gerakan spiritual, sosial, dan intelektual. IMM harus turut memberikan solusi dan juga gagasannya dalam setiap permasalahan terhadap tiga bidang tersebut yang ada disekitarnya.

Penulis : Eka Ilmiyatun Nisa 

0 Komentar