Kebutuhan Psikologis Mahasiswa dalam Menghadapi Problematika Individu

Psikologi adalah salah satu ilmu yang mempelajari mengenai kejiwaan manusia. Psikologi berasal dari kata Yunani yakni Psyche yang berarti jiwa, dan logos yang berarti ilmu. Atkinson dalam Minderop (2011: 3) menyimpulkan bahwa psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Setiap manusia memiliki psikologis masing-masing, dan kebutuhan psikologis setiap manusia berbeda-beda.

Mahasiswa adalah salah satu bagian dari civitas akademika sebuah perguruan tinggi dan pada usianya akan menemukan banyak kesempatan untuk mempelajari banyak hal. Akademik, non-akademik, sosial, politik, ekonomi, dan lain sebagainya. Namun, diantara banyak kegiatan yang menjadi kesibukan mahasiswa tersebut, perlu adanya keseimbangan psikologis sebagai kebutuhan diri. Kebutuhan psikologis setiap jiwa berbeda, namun, yang sering kita temukan dalam ranah mahasiswa adalah kebutuhan kesehatan mental.

Beberapa hal yang dapat memengaruhi kesehatan mental mahasiswa adalah ketegangan atau beban dari tuntutan akademik, lingkungan yang tidak mendukung, sosial-budaya, penyesuaian diri dan sosial sebagai mahasiswa, serta problematika internal yakni salah satunya adalah dari keluarga. Hal inilah yang menyebabkan mahasiswa merasa stress atau bahkan merasa psikologisnya terganggu. Stallard (2005) menjabarkan bahwa sumber permasalahan berupa pola pikir yang negatif terhadap diri sendiri, lingkungan dan masalah yang dihadapi pada hakekatnya merupakan suatu ancaman bagi keberlangsungan hidup sehingga individu perlu mengantisipasinya. Wicaksana (2005) menambahkan bahwa kondisi stress atau gangguan psikologis dapat berlanjut menjadi gangguan mental dan perilak, namun dapat pula tidak karena tergantung pada kuat-lemahnya status mental atau kepribadian seseorang. Berdasarkan pendapat Wicaksana tersebut, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan psikologis diri yang dapat mengetahui dan memberikan solusi pertama (mengantisipasi) yakni diri kita sendiri. Seperti apa hal-hal positif yang dapat dilakukan untuk menyeimbangkan kebutuhan psikologis di tengah banyaknya problematika yang dialami oleh mahasiswa?

Sumber : ANTARA news

Pertama, sebagai umat beragama tentunya harus memenuhi kebutuhan spiritual diri dengan beribadah sesuai keyakinan yang kita percaya. Meski banyak kegiatan yang menyita waktu mahasiswa, namun, hal ini merupakan kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan. Seringkali menjumpai mahasiswa yang melalaikan kewajibannya hanya karena merasa kegiatan lainnya lebih penting. Sebenarnya jika kita mampu membagi waktu dengan baik, maka kita akan merasakan bagaimana manfaat memiliki keseimbangan antara kesibukan dan kebutuhan spiritual atau religius. Maka, ini adalah salah satu kebutuhan psikologis yang tidak dapat dikesampingkan.

Sumber : Author

Kedua, menjalani kesibukan yang sesuai minat dan bakat. Secara tidak langsung minat dan bakat ini akan mempertemukan kita dengan lingkungan yang mendukung. Sebab dalam kesamaan minat dan bakat, antar mahasiswa akan memiliki kesamaan berpikir dan fokus terhadap hal tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat. Bertemu dengan banyak individu juga dapat meringankan kita dari beban akademik karena perkuliahan tidak hanya berpusat di dalam kelas, melainkan dapat kita peroleh di mana saja dan kapan saja.

Sumber : Kompas.com

Ketiga, kebutuhan bertemu dengan orang-orang tersayang seperti keluarga. Ada pepatah mengatakan sejauh apapun pergi, rumah adalah tempat pulang terbaik. Oleh karena itu, bertemu dengan orang-orang tersayang dalam hidup kita juga dapat melepas penat kita sebagai mahasiswa. Namun, dengan kesibukan mahasiswa yang luar biasa, seringkali pulang adalah hal yang harus ditunda. Hal ini masih dapat dilakukan dengan memanfaatkan media sosial. Meski jauh, kita masih dapat menceritakan bagaimana keadaan kita dalam menempuh perkuliahan, meski terlihat sepele, namun, ini adalah hal kecil yang dapat membantu menyeimbangkan kebutuhan psikologis mahasiswa.


Sumber : LINE bank

Keempat dan seterusnya dapat diisi dengan kegiatan bermanfaat lainnya. Kalau liburan? Tentu saja ini juga merupakan kebutuhan psikologis yang dapat memberikan dampak baik untuk pikiran. Tidak ada salahnya kita menyempatkan liburan atau kata anak muda zaman sekarang disebut dengan “healing”. Healing ini biasa kita lakukan dengan mendatangi tempat-tempat wisata seperti pantai, gunung, dan lain-lain Namun, bagi beberapa orang healing ini dapat berupa waktu istirahat yang cukup, membaca buku, menonton drama, dan lain-lain. Banyak pilihan untuk melepas penat kita dari bangku perkuliahan.

Kata Kunci: Psikologi, Mahasiswa, Kebutuhan Psikologis.

Hal-hal tersebutlah yang dapat dilakukan oleh mahasiswa dalam mengatasi problematika perkuliahan dan menyeimbangkan kebutuhan psikologis. Kesimpulannya yakni kembali pada diri kita sendiri, sebab yang dapat mengelola kebutuhan psikologis diri kita adalah kita sendiri. Jika psikologis kita baik, maka secara tidak langsung kita dapat menularkan afirmasi-afirmasi positif kepada orang lain. Seperti quotes dari salah satu tokoh Psikologi, Sigmund Freud, yakni “ketidaksadaran seorang manusia dapat bereaksi terhadap orang lain tanpa melewati alam sadar”. Oleh karena itu, keseimbangan kebutuhan psikologis individu sangat penting sebagai pengendalian diri terhadap berbagai problematika yang kita temui.

Penulis : Erny Rahayu

 

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Yulin. 2020. Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy. Jurnal Bahasa dan Sastra. Vol 5, No.4. Universitas Tsdulako.

Kholidah, Enik Nur., & Alsa A.  2012. Berpikir Positif untuk Menurunkan Stres Psikologis. Jurnal Psikologi. Vol 39, No 1. FKIP: UNY, FP: UGM.

Muawanah, Lis Binti., & Pratikto H. 2012. Kematangan Emosi, Konsep Diri, dan Kenakalan Remaja Jurnal Psikologi. Vol 7, No 1. FP: Univeritas 17 Agustus 1945.

0 Komentar