Menelisik Sejarah IMM


Menelisik Sejarah IMM


 Ditulis oleh : Nadya Salsabillah Rahma Wardhani

Menelisik sejarah berdirinya IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) sebagai salah satu bagian dari AMM (Angkatan Muda Muhammadiyah) yang berada dibawah naungan Muhammadiyah. Dalam sejarahnya, ada beberapa faktor yang mendasari berdirinya IMM, yaitu faktor Internal dan faktor Eksternal. Faktor Internal, lebih didasari dari sebuah motivasi dalam beridealisme, yaitu untuk mengembangkan ideologi-ideologi dan cita-cita yang ada diMuhammadiyah melalui perantara remaja terutama mahasiswa. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa cita-cita dari Muhammadiyah sendiri ialah “menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam, sehingga terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya”. Oleh sebab itu, mau tidak mau dalam sepak terjangnya, kader-kader Muhammadiyah harus bersinggungan dengan masyarakat golongan bawah atau masyarakat heterogen. Persinggungan Muhammadiyah dalam tujuannya tersebut tidak semata-mata hanya mengandalkan ulama dan mubaligh untuk mendakwahi dimasyarakat secara langsung, melainkan menggunakan trik yaitu menarik animo masyarakat agar tertarik dengan gerakan Muhammadiyah.

Pada mulanya, para mahasiswa yang menjadi kader dari Muhammadiyah, dianggap sudah cukup untuk bergabung dengan organisasi otonom yang sudah ada diMuhammadiyah seperti PM (Pemuda Muhammadiyah), dan NA (Nasyi’atul Aisyiyah). Pada saat jabatan ketua PP (Pimpinan Pusat) dipegang oleh KH. Hisyam, muncullah sebuah gagasan untuk mendirikan perguruan tinggi Muhammadiyah guna menghimpun mahasiswa-mahasiswa yang berittiba’ pada Muhammadiyah. Namun harapan itu harus vakum untuk sementara karena Muhammadiyah belum memiliki perguruan tinggi seperti yang diinginkan. Sehingga para mahasiswa-mahasiswa yang berada diperguruan tinggi negeri ataupun swasta yang berittiba’ pada ideologi Muhammadiyah diharuskan bergabung dengan PM, NA atau HW (Hizbul Wathan). Lalu seiring berjalannya waktu, dari 3 otonom tersebut memiliki gagasan bahwa harus mendirikan suatu organisasi otonom khusus untuk mengelola para mahasiswa, sehingga dipilihlah HMI sebagai alternatif. Bahkan sempat muncul stigma bahwa HMI adalah anak Muhammadiyah yang diberi tugas untuk membawa mahasiswa kepada visi misi Muhammadiyah.

Dalam perkembangannya, Muhammadiyah turut ambil peran dalam mengelola HMI, mulai dari material dan moral, bahkan ada data-data yang menyebukan bahwa Muhammadiyah turut membiayai segala aktivitas dari HMI. Dengan harapan bahwa HMI akan konsisten dengan paham keagamaan yang diilhami oleh Muhammadiyah. Namun dalam perkembangannya justru mengalami banyak perubahan-perubahan terutama dalam independensi Muhammadiyah yang cenderung beraliran liberal, sementara dalam HMI muncul berbagai warna-warna dari berbagai aliran dan ideologi. Melihat fenomena diatas, akhirnya Muhammadiyah mengeluarkan kebijakan untuk menyelamatkan kader-kadernya yang berada dijenjang mahasiswa atau perguruan tinggi. Pada saat Muktamar PM pertama di Palembang pada 1956, ditetapkan suatu usaha untuk menghimpun pelajar dan mahasiswa Muhammadiyah atau kader Muhammadiyah yang kelak mampu mengemban amanah. Untuk merealisasikan hal tersebut, maka lewat KOPMA (Konferensi pimpinan daerah Muhammadiyah) se Indonesia pada 18 Juli 1962 di Surakarta, akhirnya terbentuklah IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah), namun belum berhasil untuk mendirikan organisasi khusus untuk mahasiswa.

Sehubungan dengan semakin berkembangnya PTM di Indonesia, maka pada tahun 1960-an ide-ide untuk membentuk organisasi otonom khusus mahasiswa semakin kuat. Lalu kepada PP Pemuda Muhammadiyah yang pada Muktamar pertama diberikan tugas khusus untuk menampung aspirasi-aspirasi mahasiswa mulai membentuk studi grup. Menjelang Muktamar Muhammadiyah pada 1962 di Jakarta, para anggota studi grup mengadakan kongres mahasiswa Muhammadiyah di Yogyakarta, dan mulai dari kongres ini semakin santer upaya untuk membentuk organisas kemahasiswaan yang berdiri sendiri. Akhirnya dengan restu PP Muhammadiyah yang pada waktu itu diketuai oleh H. Ahmad Badawi, mendirikan organisasi khusus mahasiswa Muhammadiyah yang diketuai oleh Drs. Moh. Djazman sebagai koordinator dan M. Husni Thamrin, A. Rosyad Saleh. Soedibjo Markoes, Moh Arief, Dkk. Sebagai anggota. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendiri Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sekaligus pencetus IMM adalah Drs. Moh. Djazman Al-Kindi yang juga merupakan koordinator sekaligus ketua pertama dari IMM.

Pada Muktamar pertama IMM pada 1965 di Kota Barat, Solo menghasilkan deklarasi dibawah ini :

1.      IMM adalah gerakan mahasiswa islam

2.      Kepribadian Muhammadiyah adalah Landasan perjuangan IMM

3.      Fungsi IMM adalah sebagai eksponen mahasiswa dalam Muhammadiyah

4.      Ilmu adalah amaliah dan amal adalah ilmiah IMM

5.  IMM adalah organisasi yang syah mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan, dan falsafah negara yang berlaku

6.  Amal IMM dilakukan dan dibaktikan untuk kepentingan agama, nusa, dan bangsa

0 Komentar