Menelisik sejarah berdirinya IMM (Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah) sebagai salah satu bagian dari AMM (Angkatan Muda
Muhammadiyah) yang berada dibawah naungan Muhammadiyah. Dalam sejarahnya, ada beberapa faktor yang mendasari berdirinya
IMM, yaitu faktor Internal dan faktor Eksternal. Faktor Internal, lebih
didasari dari sebuah motivasi dalam beridealisme, yaitu untuk mengembangkan
ideologi-ideologi dan cita-cita yang ada diMuhammadiyah melalui perantara
remaja terutama mahasiswa. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa cita-cita dari
Muhammadiyah sendiri ialah “menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam,
sehingga terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya”. Oleh sebab itu,
mau tidak mau dalam sepak terjangnya, kader-kader Muhammadiyah harus
bersinggungan dengan masyarakat golongan bawah atau masyarakat heterogen.
Persinggungan Muhammadiyah dalam tujuannya tersebut tidak semata-mata hanya
mengandalkan ulama dan mubaligh untuk mendakwahi dimasyarakat secara langsung,
melainkan menggunakan trik yaitu menarik animo masyarakat agar tertarik dengan
gerakan Muhammadiyah.
Pada mulanya, para mahasiswa yang
menjadi kader dari Muhammadiyah, dianggap sudah cukup untuk bergabung dengan
organisasi otonom yang sudah ada diMuhammadiyah seperti PM (Pemuda
Muhammadiyah), dan NA (Nasyi’atul Aisyiyah). Pada saat jabatan ketua PP
(Pimpinan Pusat) dipegang oleh KH. Hisyam, muncullah sebuah gagasan untuk
mendirikan perguruan tinggi Muhammadiyah guna menghimpun mahasiswa-mahasiswa
yang berittiba’ pada Muhammadiyah. Namun harapan itu harus vakum untuk
sementara karena Muhammadiyah belum memiliki perguruan tinggi seperti yang
diinginkan. Sehingga para mahasiswa-mahasiswa yang berada diperguruan tinggi
negeri ataupun swasta yang berittiba’ pada ideologi Muhammadiyah diharuskan
bergabung dengan PM, NA atau HW (Hizbul Wathan). Lalu seiring berjalannya
waktu, dari 3 otonom tersebut memiliki gagasan bahwa harus mendirikan suatu
organisasi otonom khusus untuk mengelola para mahasiswa, sehingga dipilihlah HMI
sebagai alternatif. Bahkan sempat muncul stigma bahwa HMI adalah anak
Muhammadiyah yang diberi tugas untuk membawa mahasiswa kepada visi misi
Muhammadiyah.
Dalam perkembangannya, Muhammadiyah
turut
ambil peran dalam mengelola HMI, mulai dari material dan moral, bahkan ada
data-data yang menyebukan bahwa Muhammadiyah turut membiayai segala aktivitas
dari HMI. Dengan harapan bahwa HMI akan konsisten dengan paham keagamaan yang
diilhami oleh Muhammadiyah. Namun dalam perkembangannya justru mengalami banyak
perubahan-perubahan terutama dalam independensi Muhammadiyah yang cenderung
beraliran liberal, sementara dalam HMI muncul berbagai warna-warna dari
berbagai aliran dan ideologi. Melihat fenomena diatas, akhirnya Muhammadiyah
mengeluarkan kebijakan untuk menyelamatkan kader-kadernya yang berada dijenjang
mahasiswa atau perguruan tinggi. Pada saat Muktamar PM pertama di Palembang
pada 1956, ditetapkan suatu usaha untuk menghimpun pelajar dan mahasiswa
Muhammadiyah atau kader Muhammadiyah yang kelak mampu mengemban amanah. Untuk
merealisasikan hal tersebut, maka lewat KOPMA (Konferensi pimpinan daerah
Muhammadiyah) se Indonesia pada 18 Juli 1962 di Surakarta, akhirnya
terbentuklah IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah), namun belum berhasil untuk
mendirikan organisasi khusus untuk mahasiswa.
Sehubungan dengan semakin berkembangnya PTM di Indonesia, maka pada tahun 1960-an ide-ide untuk membentuk organisasi otonom khusus mahasiswa semakin kuat. Lalu kepada PP Pemuda Muhammadiyah yang pada Muktamar pertama diberikan tugas khusus untuk menampung aspirasi-aspirasi mahasiswa mulai membentuk studi grup. Menjelang Muktamar Muhammadiyah pada 1962 di Jakarta, para anggota studi grup mengadakan kongres mahasiswa Muhammadiyah di Yogyakarta, dan mulai dari kongres ini semakin santer upaya untuk membentuk organisas kemahasiswaan yang berdiri sendiri. Akhirnya dengan restu PP Muhammadiyah yang pada waktu itu diketuai oleh H. Ahmad Badawi, mendirikan organisasi khusus mahasiswa Muhammadiyah yang diketuai oleh Drs. Moh. Djazman sebagai koordinator dan M. Husni Thamrin, A. Rosyad Saleh. Soedibjo Markoes, Moh Arief, Dkk. Sebagai anggota. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendiri Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sekaligus pencetus IMM adalah Drs. Moh. Djazman Al-Kindi yang juga merupakan koordinator sekaligus ketua pertama dari IMM.
Pada Muktamar pertama IMM pada 1965 di Kota Barat, Solo menghasilkan deklarasi dibawah ini :
1.
IMM adalah gerakan mahasiswa islam
2.
Kepribadian Muhammadiyah adalah Landasan perjuangan IMM
3.
Fungsi IMM adalah sebagai eksponen mahasiswa dalam Muhammadiyah
4.
Ilmu adalah amaliah dan amal adalah ilmiah IMM
5. IMM adalah organisasi yang syah mengindahkan segala hukum,
undang-undang, peraturan, dan falsafah negara yang berlaku
6. Amal IMM dilakukan dan dibaktikan untuk kepentingan agama, nusa, dan bangsa
0 Komentar