Eksistensi dan Defiance Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di Pulau Garam (Madura)
Ditulis Oleh : Hosiana Alda Rizky
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan
gerakan mahasiswa Islam yang bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan, dan kemahasiswaan.
Tujuan IMM adalah “mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak
mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah” (AD Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah Pasal 6). Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah membina para anggotanya menjadi intelektual mumpuni dan
siap menjadi kader persyarikatan, kader umat, dan kader bangsa, dan kader
kemanusiaan universal. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah juga memiliki semboyan:
anggun dalam moral dan unggul dalam intelektual. Jargon “fastabiqul khairat”
dalam logo IMM menghendaki para kadernya untuk selalu do your best, saling berkompetisi tanpa memusuhi,
saling bersinergi, membangun harmoni, dan saling bekerja sama atau kolaborasi
dalam kebaikan.Seiring
berjalannya waktu dan penyebaran IMM sudah merata ke seluruh Indonesia,
termasuk salah satunya yaitu pulau kecil yang di biasa disebut pulau “Garam”
atau Pulau Madura.
Sejarah Pulau Madura di kisah
kan bahwa pada zaman dahulu di lihat oleh para nelayan hanya terlihat sebagai
puncak-puncak dataran tinggi yang sekarang sudah menjadi bukit-bukit, serta
beberapa dataran yang ketika air laut sedang surut dataran tersebut akan
terlihat, maka sebaliknya apabila laut sedang pasang dataran tersebut tidak
tampak di bawah permukaan air. Puncak-puncak yang terlihat tersebut di antaranya
sekarang disebut Gunung Geger yang terletak di Kabupaten Bangkalan, dan Gunung
Payudan terletak di Kabupaten Sumenep.
Letak geografis dari Pulau Madura terletak
di bagian timur Pulau Jawa, Madura di kenal oleh banyak orang dengan keangkuhan
dan gigih dalam bekerja keras tidak hanya itu Madura mempunyai adat Sapi Kerap
yang tidak kalah terkenal untuk saat ini. Adapun tempat wisata sudah tergolong
banyak tersentuh oleh masyarakat hingga artis dan siaran televisi swasta pernah
meliput.
Besar Pulau Madura kurang lebih dari 5.168 km lebih kecil
dari pulau bali dengan hampir penduduk 4 juta jiwa. Madura di bagi menjadi
empat Kabupaten yang dimana terdiri dari Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan
Sumenep dari ke-empat Kabupaten tersebut merupakan Kabupaten kebanggaan
orang-orang Madura, orang Madura dikenal oleh banyak orang adalah orang para
pekerja keras dan watak keras yang dimana banyak yang sudah sukses ditempat
perantauan seperti di Jakarta, Surabaya, Kalimantan, Papua hingga luar Negara
mungkin bisa jadi? tempat perantauan orang Madura, "dimana kita singgah di
situlah kita harus sukses" itu adalah semboyan orang Madura ketika mencari
nafkah.
Perkembangan dan pertumbuhan pada generasi muda di Pulau
Madura sangatlah rendah karena dihambat oleh perekonomian keluarga yang
terkadang tidak mencukupi dalam satu bulannya di lihat dari pendapatan per
kapita 9 juta-15 juta per tahun. maka dari itu anak muda yang ingin
berkembang harus keluar dari lingkaran tersebut dengan cara mereka
masing-masing seperti menempuh pendidikan yang lebih tinggi atau pergi merantau
yang saat ini adalah paling banyak minat oleh anak muda Madura. Mereka yang
tidak paham akan modern mereka akan tinggal dalam lingkaran tersebut terus
berputar mengelilingi sumbu yang tiada ujung hingga akhirnya jenuh dalam
kesendirian.
Ketergantungan seseorang pada suatu kaum merupakan
hambatan secara perlahan-lahan pada perkembangan diri sendiri untuk berubah
bagaimana caranya berfikir positif serta sejahtera diri, pada dasarnya manusia
harus bertumbuh dengan caranya sendiri dengan pemasukan yang baik juga, kita
mengambil contoh pada tumbuhan yang sering di siram air pada pagi hari maka
akan bertumbuh besar serta mempunyai cabang, dahan yang kokoh dan daun yang
hijau. Menerima keadaan hidup atau ingin berubah memperbaiki diri menjadi lebih
baik, kegelisahan yang sering terjadi adalah pertumbuhan daya pikir pada
generasi Madura masih terbayang-bayang oleh generasi sebelumnya yang rata-rata
gagal dalam menjalani akademik di Pulau Jawa, mereka lebih memilih membuka
usaha dibandingkan mengejar akademik semestinya keduanya harus berjalan dengan
mengatur waktu yang baik.
Mereka yang masih tenggelam dalam budaya tersebut akan
menetap di Pulau Madura hanya menjadi beban orang tua tanpa ada penghasilan
hingga akhirnya pergi untuk merantau keluar negeri, bagi mereka yang sudah
paham perkembangan zaman serta mengetahui akademik, itu sangat dibutuhkan untuk
menjadikan lebih baik maka mereka akan mengenyam pendidikan terlebih dahulu
supaya nantinya tidak akan bertahan dalam lingkaran setan. Generasi muda pada
dasarnya merupakan harapan bagi mereka yang sudah lanjut usia yang nantinya
tonggak kepemimpinan atau keberlanjutan suku Madura tergantung pada generasi
mudanya, bagaimana mereka mengelola tatanan suku Madura. Generasi yang
saat ini harus sudah memulai menata diri sebagai pengganti yang tangguh dalam
menghadapi budaya "pola pikir pendek" yang turun temurun tetap
berkeliaran pada cara pikir mereka.
Latar belakang dari generasi muda yang ada di madura
tersebut membuat kebanyakan generasi muda putus sekolah dan tidak melanjutkan
pendidikannya ke tingkat perguruan tinggi, sehingga tidak banyak kader IMM yang
bisa terjaring. Selain karena latar belakang tersebut, keberadaan Muhammadiyah
di Pulau Madura ini minoritas karena sebagian besar warganya dan masyrakatnya
berlatar belakang Nahdatul Ulama sesuai dengan sebutan dari setiap kabupaten di
Madura yaitu Kota zikir dan Sholawat. Muhammadiyah menyentuh bumi Madura jauh
setelah kyai-kyai dari latar belakang Nahdatul ulama tersebut datang. Meskipun
demikian adanya Organisasi Muhammadiyah ini masih disambut baik oleh
orang-orang sekitar yang pada akhirnya teerbentuk beberapa pimpinan di
persebaran kabupaten yang ada di kepulauan Madura. Dari hal tersbutlah muncul
juga beberapa ortom Muhammadiyah seperti, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul
Aisyiyah, IPM, dan IMM serta ortom-ortom yang lain.
IMM di bumi Madura terlihat pergerakannya pertama kali
ketika ada sebuah Universitas Trunojoyo Madura yang letaknya di Kabupaten
Bangkalan, di perguruan tinggi tersebut cabang pertama IMM di kepulauan Madura
ini, hal itu juga didasari oleh keresahan dan kegundahan kader-kader
Muhammadiyah yang menempuh pendidikan disana tetapi tidak mempunyai wadah untuk
mengembangkan potensi dan memiliki idelogi yang selarasa dengannya, akhirnya
kader-kader yang terdiri dari beberapa daerah yang tersebar di Jawa Timur
tersebut ikut andil di dalam pendirian IMM Bangkalan, yang komisariat
pertamanya saat itu bernama Al-Ahkam dari Fakultas Hukum. Sejak saat itulah
keberadaan IMM di Pulau Madura mulai diperhitungkan, hingga terbentuk juga
Cabang Pamekasan, Cabang Sampang, dan Sumenep untuk memassifkan pergerakan IMM.
Kendala
yang ada di IMM Bangkalan ini adalah, Sebagaimana yang
kita ketahui sebagai kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah kita harus memiliki
semangat juang yang tinggi untuk memaksimalkan segala potensi yang ada pada
kader-kadernya. Keberadaan IMM ditengah-tengah peradaban di Kabupaten
Bangkalan, cukup memberikan wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan potensi,
melanjutkan perkaderan dan berjuang bersama di ikatan. Kehadiran IMM di
Bangkalan pada awalnya tidak memiliki respon yang baik dari kader-kader pribumi
dari Bangkalan itu sendiri, melainkan pentolan yang membentuk IMM Bangkalan ini
adalah kader-kader dari luar Bangkalan yang sedang menempuh pendidikan di
Perguruan Tinggi yang ada di Bangkalan.
Sementara
itu, regenerasi kader yang terjadi di IMM Bangkalan terbilang cukup cepat,
karena kader-kader yang bergabung di IMM Bangkalan kebanyakan dari luar Bangkalan.
Sehingga, ketika kader tersebut telah menyelesaikan pendidikannya mereka akan
kembali ke daerah asalnya. Sehingga jangka waktu perkaderan di Bangkalan
terbilang cukup cepat karena juga membutuhkan regenerasi di periode-periode
kedepan. Potensi-potensi kader IMM Bangkalan cukup banyak sehingga menciptakan
proker-proker yang menarik untuk dijalankan. Kader-kader IMM Bangkalan juga
banyak menulis buku, anthology, essay dan semacamnya. Hanya saja kekurangan
dari IMM Bangkalan hanya kuantitas kader, sehingga regenerasi kedepannya cukup
sulit. Banyak kader IMM Bangkalan yang potensial tapi tidak ada
kemauan untuk mengembangkan potensinya tersebut, sehingga tidak ada
penegmbangan potensi pada dirinya. Hal-hal seperti itu patut menjadi perhatian
untuk pimpinan-pimpinan diatasnya agar lebih memperhatikan kebutuhan
kader-kadernya.
0 Komentar