PANDEMI & PERKEMBANGAN EKONOMI

Oleh : Risya Dwi Armadhoni


Pandemi Covid- 19

Kita kerap mendengar sebutan covid- 19, tetapi taukah kamu apa sesungguhnya covid- 19 itu?

Covid- 19 ialah penyakit yang disebabkan oleh virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Covid-19 bisa menyebabkan kendala sistem respirasi, mulai dari indikasi yang ringan semacam flu, sampai peradangan paru-paru, semacam pneumonia. Covid-19 (coronavirus disease 2019) merupakan tipe penyakit baru yang diakibatkan oleh virus dari kalangan coronavirus, ialah SARS- CoV- 2 yang disebut juga virus Corona.

Pada 9 Maret 2020, WHO secara resmi mendeklarasikan virus corona (Covid-19) sebagai pandemi. Yang berarti virus corona sudah menyebar secara luas di dunia. Mungkin, sebutan pandemi terkesan sangat menakutkan, tapi sesungguhnya itu tidak ada kaitannya dengan keganasan penyakit ini, karena Pandemi lebih kepada penyebarannya yang meluas. Penyebaran covid- 19 yang secepat kilat membuat sebagian negara menerapkan kebijakan pemberlakuan lockdown untuk menghindari penyebaran virus Corona. Di Indonesia, pemerintah menerapkan kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Aktivitas Warga (PPKM) untuk meminimalisir penyebaran virus ini.

 

Perkembangan Ekonomi di Masa Pandemi

Secara teori, perkembangan ekonomi sesuatu daerah ataupun negara bisa dilihat dari sisi permintaan agregat serta sisi penawaran agregat. Dari sisi permintaan, perkembangan ekonomi dipengaruhi oleh aktivitas mengkonsumsi yang dilakukan oleh warga, investasi swasta baik yang dilakukan oleh investor dalam negeri serta asing, pengeluaran pemerintah lewat APBN serta APBD, serta eskpor bersih yang merupakan selisih antara aktivitas ekspor serta impor.

Menurut Sri Susilo 2016 Dilihat dari sisi permintaan agregat, dikenal konsep consumption, investment, dan export led growth. Ketiganya menjelaskan bagaimana variabel konsumsi, investasi dan ekspor dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan telah terbukti secara empiris di banyak negara termasuk Indonesia.

Sebagai contoh, adanya konsumsi masyarakat menjadi pemicu adanya permintaan terhadap benda dan jasa menjadi bertambah. Keadaan tersebut menjadikan produksi barang dan jasa tersebut bertambah pula, ceteris paribus. Hal tersebut menjadikan permintaan terhadap aspek produksi seperti tenaga kerja serta bahan baku juga bertambah. Roda aktivitas ekonomi bisa berputar yang berujung pada meningkatnya perkembangan ekonomi.

Berikutnya, Sri Susilo 2016 juga menjelaskan dari segi penawaran agregat, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh modal insani, yaitu modal SDA dan energi, modal finansial, modal sosial dan teknologi. Segala modal yang digunakan serta teknologi dalam proses produksi bisa menciptakan barang dan jasa. Dari aktivitas produksi tersebut akan berakibat positif pada penghasilan pemilik aspek produksi. Dengan demikian roda perekonomian bisa bergerak, baik di pasar output ataupun input. Keadaan tersebut pada gilirannya bisa mendesak perkembangan ekonomi (production led growth).

Tetapi, Pandemi Covid- 19 berakibat pada menyusutnya aktivitas ekonomi tersebut diiringi dengan meningkatnya pengangguran. Berdasarkan pada informasi BPS (2021), mencatat Tingkatan Pengangguran Terbuka (TPT) pada bulan Februari 2021 mencapai 8,75 juta orang. Dibanding bulan Februari 2020, jumlah pengangguran ini bertambah lumayan besar, dimana tahun lalu tercatat 6, 93 juta jiwa.

Pandemi juga berakibat terhadap meningkatnya persentase kemiskinan serta ketimpangan pemasukan di Indonesia. Mengacu informasi BPS (2021), bila dibanding September 2019, angka kemiskinan naik nyaris 1% (2, 76 juta orang) pada September 2020. Keadaan tersebut membuat jumlah masyarakat miskin mencapai 27, 55 juta orang ataupun 10, 19%. Ketimpangan pemasukan ataupun pengeluaran warga pula bertambah sebab terdampak pandemi.

Pelaksanaan PPKM menyebabkan penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan, pembatasan aktivitas zona transportasi serta logistik antara daerah/wilayah menimbulkan mobilitas barang dan jasa ikut terhambat sehingga aktivitas produksi serta konsumsi pula menurun. Aktivitas ekonomi yang terdampak langsung merupakan sektor yang terkait dengan mobilitas masyarakat seperti pariwisata dan turunannya misalnya sektor akomodasi dan makan minum, perdagangan atau ritel, dan sebagainya. Kondisi tersebut menjadikan perekonomian akan mengalami perlambatan aktivitas (slowdown) dan bahkan ekonomi tumbuh negatif.




0 Komentar