PANDEMI & PERKEMBANGAN
EKONOMI
Pandemi Covid- 19
Kita
kerap mendengar sebutan
covid- 19, tetapi taukah kamu apa sesungguhnya covid- 19 itu?
Covid- 19 ialah penyakit
yang disebabkan oleh virus severe
acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Covid-19 bisa menyebabkan kendala sistem
respirasi, mulai dari indikasi yang ringan semacam flu, sampai peradangan
paru-paru, semacam pneumonia. Covid-19 (coronavirus disease
2019) merupakan tipe penyakit baru yang diakibatkan oleh virus dari kalangan
coronavirus, ialah SARS- CoV- 2 yang disebut
juga virus Corona.
Pada
9 Maret 2020, WHO secara resmi mendeklarasikan virus
corona (Covid-19) sebagai pandemi. Yang berarti virus
corona sudah menyebar secara luas di dunia. Mungkin,
sebutan pandemi terkesan sangat menakutkan, tapi
sesungguhnya itu tidak ada
kaitannya dengan keganasan penyakit ini, karena
Pandemi lebih kepada penyebarannya yang meluas.
Penyebaran covid- 19 yang secepat
kilat membuat sebagian negara menerapkan kebijakan pemberlakuan lockdown untuk menghindari penyebaran
virus Corona. Di Indonesia, pemerintah menerapkan
kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Aktivitas Warga (PPKM) untuk meminimalisir penyebaran virus ini.
Perkembangan Ekonomi di
Masa Pandemi
Secara
teori, perkembangan ekonomi sesuatu daerah ataupun negara bisa dilihat dari sisi
permintaan agregat serta sisi penawaran agregat. Dari sisi permintaan,
perkembangan ekonomi dipengaruhi oleh aktivitas mengkonsumsi yang dilakukan oleh warga, investasi swasta baik yang dilakukan oleh investor dalam
negeri serta asing, pengeluaran pemerintah lewat APBN serta APBD, serta eskpor
bersih yang merupakan selisih
antara aktivitas ekspor serta impor.
Menurut
Sri Susilo 2016 Dilihat dari sisi permintaan agregat, dikenal konsep
consumption, investment, dan export led growth. Ketiganya menjelaskan bagaimana
variabel konsumsi, investasi dan ekspor dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan
telah terbukti secara empiris di banyak negara termasuk Indonesia.
Sebagai contoh, adanya konsumsi masyarakat menjadi pemicu adanya permintaan terhadap
benda dan jasa menjadi bertambah.
Keadaan tersebut menjadikan produksi barang dan jasa tersebut bertambah pula, ceteris paribus. Hal tersebut menjadikan
permintaan terhadap aspek produksi
seperti tenaga kerja serta bahan baku juga bertambah. Roda aktivitas
ekonomi bisa berputar
yang berujung pada meningkatnya perkembangan ekonomi.
Berikutnya,
Sri Susilo 2016 juga menjelaskan dari segi penawaran agregat, pertumbuhan
ekonomi dipengaruhi oleh modal insani, yaitu modal SDA dan energi, modal
finansial, modal sosial dan teknologi. Segala
modal yang digunakan serta teknologi dalam proses produksi bisa menciptakan barang dan jasa. Dari aktivitas produksi tersebut akan berakibat positif pada
penghasilan pemilik
aspek produksi. Dengan demikian roda
perekonomian bisa bergerak, baik di pasar output ataupun input. Keadaan
tersebut pada gilirannya bisa mendesak perkembangan ekonomi (production led
growth).
Tetapi,
Pandemi Covid- 19 berakibat pada menyusutnya aktivitas ekonomi tersebut
diiringi dengan meningkatnya pengangguran. Berdasarkan pada informasi BPS (2021), mencatat
Tingkatan Pengangguran Terbuka (TPT)
pada bulan Februari 2021 mencapai
8,75 juta orang. Dibanding bulan Februari 2020, jumlah pengangguran ini
bertambah lumayan besar, dimana tahun lalu
tercatat 6, 93 juta jiwa.
Pandemi juga berakibat terhadap
meningkatnya persentase kemiskinan serta ketimpangan pemasukan di Indonesia.
Mengacu informasi BPS (2021),
bila dibanding September 2019, angka kemiskinan naik nyaris 1% (2, 76 juta orang) pada
September 2020. Keadaan tersebut membuat jumlah masyarakat miskin mencapai 27, 55 juta orang
ataupun 10, 19%. Ketimpangan
pemasukan ataupun pengeluaran warga
pula bertambah sebab terdampak pandemi.
Pelaksanaan
PPKM menyebabkan penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan, pembatasan
aktivitas zona transportasi serta logistik antara daerah/wilayah menimbulkan
mobilitas barang dan jasa
ikut terhambat sehingga
aktivitas produksi
serta konsumsi pula menurun.
Aktivitas ekonomi yang terdampak langsung merupakan sektor
yang terkait dengan mobilitas masyarakat seperti pariwisata dan turunannya
misalnya sektor akomodasi dan makan minum, perdagangan atau ritel, dan
sebagainya. Kondisi tersebut menjadikan perekonomian akan mengalami perlambatan
aktivitas (slowdown) dan bahkan ekonomi tumbuh negatif.
0 Komentar